Domba atau biri-biri (Ovis aries) adalah jenis mamalia ruminansia yang biasanya dipelihara sebagai hewan ternak. Domba ini menjadi salah satu hewan yang pertama kali dibudidayakan. Domba dipelihara untuk diambil bulunya, daging, dan susunya. Secara lebih rinci, berikut ini adalah karakteristik domba:
- Munculnya sepasang gigi depan menjadi tolok ukur domba telah melewati masa 1 tahun. Gigi depan yang lengkap menjadi penanda usianya genap 4 tahun. Secara berlahan pula, gigi depan itu hilang seiring bertambahnya usia sehingga makin sulit untuk mereka makan dan menghambat kesehatan serta produktivitas hewan tersebut. Susunan gigi domba dijadikan acuan oleh peternak untuk menentukan usia.
- Sebagaimana hewan ruminansia lain, domba memiliki pencernaan yang kompleks yang terdiri dari empat ruang, yang memungkinkan mereka memecah selulosa dari batang, daun, dan kulit biji menjadi karbohidrat sederhana. Empat organ pencernaan itu ialah rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Secara fungsional kerja pencernaan dibantu oleh mikroorganisme, bakteri, dan protozoa di rumen yang memungkinkan untuk menghancurkan dan mencerna pakan berserat. Selain itu mikroorganisme juga menyediakan banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh domba misalnya lemak, karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin. Keberadaan mikroorganisme yang membantu pencernaan ini membuat pergantian pakan sewaktu-waktu memberi pengaruh terhadap serapan nutrisi.
- Sebagaimana hewan ruminansia lain, di saat sedang istirahat domba akan memamahbiak. Bolus atau makanan dari reticulum akan dikunyah lagi agar menjadi lebih halus. Bila mendapati domba sedang istirahat dan memamahbiak menjadi tanda bahwa domba tersebut dalam keadaan sehat.
- Pola hidup domba mengikuti aktivitas diurnal, makan dari fajar hingga senja. Ia akan berhenti makan untuk istirahat dan mengunyah makanan. Ketika domba istirahat dan tidak terganggu atau mengembik ketika ada manusia bisa dijadikan tanda bahwa domba masih lapar.
- Domba juga memiliki perilaku suka hidup bergerombol dengan kawanan. Kecenderungannya domba akan stres apabila dipidahkan dari kawanan.
- Domba betina biasanya akan mencapai kematangan seksual pada usia enam hingga delapan bulan. Tetapi, domba jantan akan mencapai kematangan seksual pada usia empat hingga enam bulan. Masa kebuntingan domba membutuhkan waktu lima bulan dengan persalinan normal memakan waktu satu hingga tiga jam.
Beternak Domba di Indonesia
Permintaan daging domba mengalami lonjakan drastis beberapa tahun ke belakang yang diakibatkan pertumbuhan kuliner sate di berbagai daerah, serta makin tingginya antusiasme masyarakat untuk menjalankan kewajiban berkurban dan aqiqah yang dianjurkan bagi pemeluk agama Islam.
Permintaan tinggi akan daging domba ini membuat populasi domba di Indonesia mengalami penurunan. Data BPS menunjukkan terdapat 15,5 juta domba pada tahun 2021 turun menjadi 14 juta ekor pada 2022. Artinya terjadi ketidakseimbangan antara permintaan daging domba dan pertumbuhan populasi. Data outlook daging kambing/domba Kementerian Pertanian mencatat tren peningkatan permintaan daging kambing/domba rata-rata sebesar 2,5% per tahun.
Para peternak domba pun, yang tadinya berfokus untuk program “penggemukan”, makin kesulitan untuk mencari bibit domba untuk program mereka. Hal ini juga karena dipengaruhi faktor domba yang dijadikan pedaging berjenis betina karena harganya jauh lebih terjangkau.
Ketimpangan antara permintaan daging domba dan jumlah domba yang dilahirkan menyebabkan populasi mengalami penurunan.
Di samping itu, pemenuhan daging domba di Indonesia masih bertopang pada pemenuhan dari dalam negeri, di mana peternak rakyat bahu-membahu untuk memenuhi kebutuhan daging domba. Belum ada riwayat dilakukan impor daging domba untuk pemenuhan di dalam negeri.
Kondisi ini membuat usaha pembudidayaan domba di Indonesia terbuka lebar bagi siapa pun. Pemenuhan daging domba memberikan peluang bagi penciptaan lapangan kerja di desa.
Faktor-faktor di atas membuat usaha budidaya domba memiliki masa depan yang cerah karena mengandung tiga prinsip yakni berkelanjutan, menguntungkan, dan terus tumbuh dengan makin meningkatnya populasi dan tumbuhnya usaha kuliner yang membutuhkan daging domba.
Bagaimana Masyarakat Indonesia Memposisikan Domba?
1. Ternak sebagai Tabungan
Peternak jenis ini biasanya mempunyai waktu luang. Waktu luang itu yang digunakan untuk mencari rumput pakan ternak. Peternak jenis ini melihat potensi mencari pakan ternak di lingkungan sekitarnya sebagai aset tabungan. Sarana untuk menabung inilah domba.
Kecenderungannya, peternak jenis ini mempunyai pekerjaan lain sebagai penghasilan utama. Usaha mereka untuk mencari rumput dan mewujudkan “tabungan” dalam bentuk ternak domba merupakan aktivitas sambilan. Tabungan domba ini yang kemudian dicairkan bila ada kebutuhan mendesak.
2. Domba sebagai Sarana Pembersih Limbah
Peternak jenis ini mempunyai usaha utama di bidang lain seperti penggilingan padi, usaha pengemasan sayur-mayur, pabrik tahu atau tempe, pembuatan tape, dll. Dalam usaha yang dijalankan tersebut menghasilkan limbah baik itu berupa dedak padi, limbah sayur-mayur, ampas tahu, ampas singkong, dll. Untuk membersihkan limbah pengolahan ini domba dijadikan sarana pembersihan. Boleh jadi sebagai penopang hidup ternak keberadaan limbah tidak mencukupi, namun untuk menambah kekurangan pakan bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan.
3. Domba sebagai Penghasil Pupuk Organik
Keberadaan ternak domba sangat membantu sekali untuk menopang usaha pertanian. Apalagi di hari-hari ini, ketika pupuk pertanian makin dibatasi penyalurannya oleh pemerintah. Keberadaan domba sebagai hewan ternak ruminansia penghasil pupuk organik sangat bersumbangsih untuk menurunkan input pertanian dan membantu petani untuk mengolah tanah secara berkelanjutan melalui kotoran domba beserta urinenya.
Penggabungan ternak dalam usaha pertanian dan peternakan dalam banyak pengalaman mampu menurunkan biaya produksi di kedua sisi. Usaha beternak domba pun menurun karena produksi biomassa dari lahan pertanian. Sedangkan pupuk organik dari ternak membantu menurunkan biaya produksi dalam usaha pertanian.
Petani-peternak sebagai sebuah ekosistem terintegrasi ke depannya akan menjadi jawaban dari tantangan global di tengah ancaman degradasi lahan pertanian, gejala pendebuan tanah, serta ancaman bencana iklim yang dikhawatirkan banyak pihak.
4. Domba sebagai Dagangan
Jenis usaha ini mengacu pada orang yang menjadikan domba sebagai dagangan. Pengusaha jenis ini mempunyai kandang yang biasanya kecil sebagai tampungan karena yang dikejarnya adalah perputaran cepat. Keberadaan mereka menjadi penghubung antara pembeli dan penjual mempunyai fungsi penting dalam memperlancar aktivitas perekonomian dalam usaha domba.
5. Ternak Domba sebagai Penghasilan Utama
Menjadikan ternak sebagai penghasilan utama perlu memperhatikan skala dalam beternak. Baik itu dalam usaha pengembangbiakan atau penggemukan ternak domba yang diperhatikan adalah berapa pendapatan bulanan yang ingin diterima dan dari mana? Pemenuhan pakan ternak dengan cara apa? Manajemen kandang?
Dalam banyak praktik, menjadikan usaha domba bukanlah upaya yang mudah. Tahapan-tahapan usaha dari proses belajar, membentuk usaha kecil dan membangun jejaring pemasaran, ketahanan pakan, menjadi “PR” yang harus dilalui oleh peternak agar berkembang dan mampu menjadi penghasilan utama.
Lalu, Bagaimana Memulai?
- Sekolah dulu, kuasai ilmunya
Beternak terlihat mudah bila hanya melihat dari sucsess story di Youtube, namun dalam praktiknya tidak akan pernah mudah untuk dijalankan. Itu sebabnya banyak peternak pemula yang akhirnya gulung tikar. Faktor paling umum penyebab kegagalan dalam beternak ialah mulai usaha dari besar tanpa dibarengi ilmu dan pengalaman, kesiapan saluran pemasaran, tata kelola pakan yang tidak terkelola dan berbiaya tinggi, dan manajemen kesehatan ternak yang tidak terpantau.
Dalam memulai beternak modal berupa uang bukan saja faktor kunci keberhasilan beternak. Hal lain yang bisa dianggap sebagai modal adalah ketersediaan pakan hijauan yang melimpah di lingkungan sekitar, lahan yang menganggur, limbah pertanian, serta tekat untuk memulai beternak juga bisa dianggap sebagai modal penting dalam beternak.
Tahapan awal memulai ternak domba adalah “sekolah”. Hal ini penting bagi seorang pemula sebagai sarana untuk pembiasaan diri dan mengenali kebiasaan hidup ternak. Anda bisa belajar dari Youtube atau ikut pelatihan cara beternak, namun tanpa praktik skala kecil akan banyak problem ke depannya. Apabila Anda tidak siap dalam menghadapi dan melaluinya, maka akan menyusul peternak-peternak yang gulung tikar.
Di tahap ini, satu ekor pun cukup untuk memulai beternak. Bila itu betina dalam kondisi bunting akan lebih baik. Usaha memulai beternak bila Anda tidak memiliki ketersediaan modal finansial yang cukup, Anda bisa menggantinya dengan kesabaran menunggu domba-domba Anda berkembang biak dengan sendirinya.
Pembiasaan atau tahapan sekolah ini peternak pemula akan mampu mengenali kebiasaan hewan yang dipeliharanya, kebutuhannya apa, penyakit-penyakit yang akan menyerang ternak peliharaan, serta tahu akan memasarkan domba dengan cara apa, di mana, dan berapa nilai ekonomis dari tiap ekornya.
Bila sudah menguasai, Anda sudah memiliki pengalaman yang cukup, mengetahui saluran akhir dan kebutuhannya, dan berhasil melewati masalah-masalah yang timbul, serta yakin dapat melalui semua itu dengan lancar, maka bisa lanjut ke tahap pengembangan. Pada tahap ini Anda bisa memproyeksikan ternak domba sebagai penghasilan utama.
2. Tentukan Arah yang Akan Dituju
Ternak domba memiliki variasi yang berbeda dan sebaiknya seorang peternak sudah memiliki tujuan hendak masuk ke ceruk bisnis yang bagaimana dalam perdombaan. Arahan dari tujuan ini akan memandu peternak dalam mencari bibit, menyediakan pakan, membangun kandang, sampai mengatur tata kelola keuangan.
Setiap ceruk pasar dalam mata rantai usaha domba memiliki karakteristik yang khas dan spesifikasi domba yang berbeda. Dari segi usia hingga bobot yang dibutuhkan, serta standar harga.
a. Kuliner/Warung Sate
Keberadaan kuliner daging domba makin menjamur di berbagai daerah. Kondisi ini dikarenakan kesadaran banyak orang yang menganggap daging domba, sebagai sumber protein hewani, lebih sehat dibandingkan daging sapi. Selain itu, dari segi citarasa lidah juga memberi kenikmatan berbeda bagi penikmatnya.
Daging domba jarang dinikmati di rumah, melainkan orang akan memilih tempat makan olahan domba tertentu untuk menikmatinya. Aktivitas mengonsumsi domba ibarat perayaan kecil dengan keluarga atau kerabat. Oleh karena itu, pengunjung kuliner daging domba cenderung beramai-ramai.
Menjamurnya kuliner daging domba ini membuat permintaan domba mengalami peningkatan. Sebagai ilustrasi warung sate yang memotong satu domba dalam sehari memerlukan topangan 200 indukan domba agar pasokan daging mereka lancar. Dalam satu kabupaten ada berapa warung kuliner domba yang ada? Belum lagi kalau melihat Yogyakarta, di mana warung-warung kuliner domba berserak di mana-mana. Butuh berapa ekor domba yang dibudidayakan untuk menopang industri kuliner-kuliner tersebut berjalan?
Bagi peternak yang ingin menyasar warung sate sebagai tumpuan akhir pemasaran domba, maka perlu tahu spesifikasi yang dibutuhkan. Di setiap warung kebutuhan jenis domba dan umurnya berbeda. Warung Sate Tegal lebih memilih jenis domba ekor gemuk karena kebutuhan lemak tinggi untuk membuat kuah yang gurih. Lemak tersebut ada di bagian ekor domba ekor gemuk (DEG). Beda lagi dengan permintaan sate klatak yang semarak di Yogyakarta mereka membutuhkan jenis domba ekor tipis untuk diolah sebagai kulineran sedap.
Domba yang diminta warung-warung sate adalah domba betina karena harganya lebih murah dibanding domba jantan. Bobot yang dicari berkisar antara 20 – 25 kg. Harga per kilogram timbang hidup berada di antara Rp56.000 s.d. Rp60.000.
b. Aqiqah
Anjuran melaksanakan aqiqah bagi setiap anak yang dilahirkan juga memberikan sumbangsih atas makin tingginya permintaan daging domba. Dua dekade ke belakang ini orang tua yang melaksanakan aqiqah mengalami peningkatan lantaran makin meningkatnya taraf hidup masyarakat, kesadaran akan anjuran agama dan fungsi menjalankan perintah aqiqah, serta yang tidak bisa dikesampingkan ialah angka pertumbuhan penduduk yang makin meningkat. Setiap kelahiran anak manusia selalu diiringi oleh permintaan daging domba untuk aqiqah.
Kebutuhan domba untuk aqiqah terdiri dari domba jantan dan betina. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan kecenderungan di setiap daerah. Di daerah tertentu masyarakatnya lebih memilih aqiqah murah dengan harga Rp1,5 juta. Kebutuhan domba untuk aqiqah kelas rakyat ini adalah domba betina berat 20 s.d 25 kg. Harga daging hidupnya bekisar Rp56.000 s.d. Rp60.000.
Sedangkan untuk aqiqah kelas premium biasanya menggunakan domba jantan. Beratnya bervariasi tergantung permintaan jumlah porsi yang dikehendaki pemesan. Harga domba jantan timbang hidup berada di antara Rp65.000 s.d. Rp75.000.
c. Kurban
Aktivitas berkurban juga merupakan anjuran agama Islam. Permintaan akan domba untuk kebutuhan kurban sepertinya tak akan lekang oleh waktu. Dari tahun ke tahun terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk dan makin meningkatnya taraf hidup masyarakat.
Para tokoh agama juga banyak yang menyarankan agar kurban dilaksanakan secara individual dengan memotong domba/kambing. Tidak lagi patungan untuk membeli sapi kurban, seperti yang sedang tren belakangan ini.
Spektrum permintaan kurban juga luas. Beragam bobot asal telah poel (dewasa), kondisi sehat, tidak cacat, akan dicari oleh masyarakat. Karakteristik permintaan tiap daerah juga berbeda. Di Jawa Timur tidak peduli itu bertanduk asal besar dan gemuk akan diburu oleh pembeli. Sedangkan di Yogyakarta pengurban lebih berminat bila domba itu bertanduk. Di daerah lain lagi akan berbeda permintaannya.
Harga domba jantan akan makin meningkat ketika hari jelang Hari Raya Idul Kurban. Di Yogyakarta, domba jantan yang biasanya di kisaran harga Rp65.000 s.d. Rp75.000 akan melambung di kisaran harga Rp80.000 pada 3 bulan jelang Idul Kurban. Harga itu akan meningkat di kisaran harga Rp90.000 s.d. Rp100.000 per kilogram timbang hidup di hari-hari Idul Adha.
d. Penggemukan Domba
Usaha penggemukan domba ini adalah program singkat per tiga bulanan. Biasanya peternak ini menyiapkan kebutuhan kuliner atau tempat usaha aqiqah dan memasok domba siap potong.
Peternak ini mencari domba-domba yang kurus dari peternak rakyat untuk kemudian diperlakukan sedemikian rupa supaya bisa bertambah bobotnya dalam waktu singkat. Peternak ini juga memanfaatkan perbedaan harga domba timbang hidup antar daerah.
Model usaha seperti ini merupakan model usaha domba yang banyak diminati oleh peternak. Meskipun jumlah nilai tambahnya kecil, mereka akan menutup dengan jumlah domba dan membuat 3 periode sehingga masuk akal untuk mengalkulasi pendapatan bulanan yang mereka terima.
Tetapi, kenapa peternak yang menjalankan model bisnis ini sekarang jumlahnya menurun? Itu dikarenakan bibitan domba untuk bahan penggemukan makin sulit dicari.
e. Penyedia Bibit Penggemukan
Ceruk pasar ini dengan membidik permintaan dari peternak yang bermain di pasar penggemukan. Sebelumnya, permintaan ini dipenuhi oleh peternakan rakyat yang menghasilkan domba-domba dalam skala kecil tapi jumlah pembudidayanya amatlah banyak.
Namun, karena permintaan yang dicari untuk memenuhi pasar kuliner warung sate dan aqiqah adalah domba betina maka muncullah masalah. Peternak pembudidaya sebagai jantungnya bisnis peternakan mulai kekurangan jumlah induk sehingga pasokan terganggu. Peternak yang menjalankan program penggemukan kesulitan mendapatkan bibit.
Ceruk pasar ini terbuka lebar sampai sekarang. Usaha domba jenis ini bagi banyak peternak tidak masuk akal bila dihitung secara ekonomis. Apalagi pakan serba beli memang benar. Tetapi bagi peternak yang memiliki padang pengembalaan yang luas di lingkungannya beternak dengan tujuan ini memungkinkan dijalankan. Biaya produksi bisa ditekan ke titik mininum. Target terpenting adalah menambah jumlah ternak dalam waktu relatif singkat.
Dengan pakan harian sebesar Rp3.000 per hari × 90 hari = Rp300.000. Tetapi dalam waktu tersebut bobot bertambah lebih dari 5 kilogram.
f. Calon Induk
Banyaknya peternak pemula yang terjun ke pembudidayaan domba serta beralihnya peternak skema penggemukan ke pembudidayaan membuat permintaan calon indukan makin meningkat. Kecenderungannya pula yang diminta bukan lagi domba lokal melainkan domba komposit hasil silangan yang membuat produktivitas makin tinggi. Jenis silangan dorper atau texel dalam usia 3 bulan sudah bisa mencapai bobot 15 kg sehingga waktu memeliharanya akan lebih singkat untuk mencapai spesifikasi yang dibutuhkan kuliner.
Nilai ekonomis dari ceruk pasar ini jauh lebih tinggi dibanding ceruk pasar lain dalam bisnis perdombaan. Harga dara calon induk belakangan bisa lebih tinggi daripada domba jantan di usia yang sama. Hal ini karena permintaan yang tinggi yang timbul dari hadirnya peternak pemula.
Harga lebih tinggi lagi apabila domba sudah berada dalam posisi bunting, apalagi domba tersebut dibuntingi oleh domba dari genetik unggul.
Hanya saja, untuk masuk ke ceruk pasar ini butuh jejaring penjualan di antara para peternak yang kuat. Atau peternakan Anda sudah dikenal oleh peternak lain mampu menghasilkan bibitan yang bagus.
Sebenarnya, nilai tambah itu tidak hanya berasal pejantan unggul yang dibeli dengan harga mahal. Permintaan yang muncul dan sering diabaikan adalah dara yang berasal dari genetik keturunan kembar sehingga memungkinkan melahirkan keturunan kembar pula sehingga menguntungkan bagi peternak pembudidaya. Bila itu yang ditawarkan, maka pembeli akan lebih senang karena peternakan mereka akan lebih ekonomis dan mempersingkat waktu pembudidayaan.
g. Kombinasi
Bagi peternak tidak ada rumus baku untuk bermain di ranah mana. Hal itu disesuaikan dengan kemampuan dan kesempatan yang paling mungkin untuk diraih. Terlebih lagi, perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di tingkat lokal.
Bukan hal yang tidak mungkin pula bagi peternak untuk membidik dua tujuan sekaligus. Cempe lahir juga memiliki kemungkinan lahir jantan atau betina.
Namun, akan diarahkan ke mana hasil dari peternakan Anda, yang perlu dipertimbangkan adalah daya dukung sosial, kebutuhan lokal, dan kemampuan finansial yang dimiliki.
Bila targetnya warung sate, maka Anda perlu mendatangi warung sate terdekat serta bertanya kebutuhannya dan apakah bisa memasok domba ke sana? Atau, bila domba untuk kurban maka Anda perlu mencari informasi siapa saja di lingkungan Anda yang tahun sebelumnya telah berkurban domba dan bila diperlukan Anda bisa mendatangi panitia kurban terdekat untuk bertanya datanya. Lantas, tawarkan domba-domba dari kandang Anda.
Skema Pembudidayaan
1. Pengembalaan
Skema pembudidayaan domba dengan metode pengembalaan dahulu kala menjadi popular di kalangan peternak rakyat. Namun, belakangan model ternak dengan cara pengembalaan menjadi tersingkirkan dikarenakan faktor menyusutnya luasan lahan atau tanah lapang yang bisa digunakan untuk mengembalakan ternak. Di samping itu muncul persepsi bahwa ternak dikandangkan lebih sehat, terhindar dari pencurian, dan pemangsaan oleh binatang buas di alam liar. Perlahan, makin jarang kita menemui skema beternak dengan model pengembalaan.
Di daerah-daerah tertentu di Indonesia, yang terdapat padang pengembalaan luas, skema pengembalaan masih mungkin dilakukan sebagai usaha beternak domba dengan cara ekonomis.
Dengan skema pengembalaan peran manusia direduksi hingga minim. Naluriah domba untuk hidup dan memenuhi kebutuhannya sendiri yang lebih diutamakan terjadi. Model semacam ini kini popular di “Barat” karena dianggap lebih menyejahterakan ternak. Di beberapa praktik, ternak yang terdapat lahan umbaran kecenderungannya mempunyai kesehatan yang lebih prima. Fungsi reproduksi juga berjalan dengan lebih baik.
2. Sistem Kandang
Sistem pengandangan ini muncul dikarenakan pemikiran untuk melindungi ternak dari binatang buas, pencurian, serta tujuan khusus yakni membatasi ruang gerak supaya domba lekas gemuk. Dengan sistem kandang, domba-domba yang dipelihara memungkinkan bisa jauh lebih banyak. Tetapi, sebagai konsokuensinya insting domba yang secara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tidak bisa terlaksana. Di sini peran manusia muncul untuk menyediakan semua kebutuhan hidup ternak yang dikandangkan.
3. Sistem Semi Umbaran
Sistem pembudidayaan semi umbaran memadukan konsep kandang serta skema pengembalaan sehingga secara naluriah domba-domba tersebut masih memiliki ruang hidup seperti di alamnya. Skema model ini membutuhkan lahan yang relatif lebih luas daripada pilihan sistem kandang.
Kebutuhan Dasar Hidup
Yang perlu dipahami bahwa domba mulanya adalah binatang liar di mana dia memiliki naluriah untuk memenuhi kebutuhan dasar agar dapat hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Namun, lantaran domba kemudian dipelihara untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka terjadi penyesuaian dalam pola pemeliharaannya. Termasuk hadirnya kandang, maka manusia pemeliharanya wajib memenuhi kebutuhan dasar hidup ternak. Di antaranya kandang yang layak dan terhindar dari gangguan binatang buas, terjaga kebersihannya, dan kewajiban untuk menyediakan pakan yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, mineral, multivitamin, dan air.
Kebutuhan dasar ini yang menyebabkan setiap peternak memiliki cara berbeda untuk membudidayakan domba. Terlebih lagi memenuhi kebutuhan domba. Ada yang senang menyerahkan pemenuhan dasar dengan membeli pakan dari pabrikan. Ada pula yang memilih dengan menanam lumbung pakan ternak hijauan dengan berbagai varian tanaman. Ada yang memanfaatkan limbah pertanian atau usaha lain. Atau bahkan, ada yang membudidayakan domba dengan memanfaatkan lingkungan sekitar yang mempunyai ladang pengembalaan yang luas sehingga domba hanya diumbar atau digiring ke lahan yang terdapat padang rumput. Dan beragam cara lainnya.
Namun, karena domba kemudian dipelihara dengan sistem kandang maka akan timbul tanggung jawab untuk mengganti kebutuhan dasar domba. Kebutuhan dasar ini yang kemudian menjadi patokan untuk disediakan oleh pemeliharanya. Jadi ukurannya bukan jumlah rupiah yang dikeluarkan oleh peternak, melainkan ketercukupan bagi domba untuk melangsungkan hidupnya dengan baik.
Kebutuhan dasar itu secara spesifik terdiri dari:
a. Udara yang sehat
Domba membutuhkan udara yang sehat agar fungsi fisiologisnya bisa berjalan dengan baik. Termasuk bebas dari polusi gas amoniak yang timbul dari kotoran domba sendiri. Udara yang dibutuhkan oleh domba diusahakan memiliki kadar oksigen 20 – 21%. Selain itu, termasuk hal yang perlu diperhatikan ialah suhu dan tingkat kelembaban dari lokasi pemeliharaan. Semakin rendah suhu sebenarnya membuat domba memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi pakan yang lebih banyak untuk mempertahankan suhu. Itulah sebabnya, ternak yang dipelihara di gunung akan cenderung lebih besar dan gemuk daripada di dataran yang dekat dengan pantai.
b. Pakan
Kebutuhan pakan yang diberikan kepada domba haruslah seimbang dan mengandung unsur karbohidrat 70 – 80%, protein 10 – 14 %, dan kandungan lemak 4 – 6%. Dalam kondisi kering pakan diberikan seberat 10% dari bobot ternak. Dalam kondisi segar diberikan pakan seberat sampai 20% dari bobot ternak. Tolok ukur ternak dalam kondisi kenyang atau kekurangan pakan acuan yang digunakan ialah domba bila didekati tetap berada dalam kondisi tenang atau bisa jadi selalu dipastikan masih ada sisa pakan meskipun sedikit hingga periode pemberian pakan selanjutnya.
- Pakan hijauan
Pakan berupa hijauan adalah pakan utama domba sebagai ruminansia. Di alam liar domba akan memakan berbagai jenis rerumputan yang membuat ketercukupan pasokan kebutuhan hidupnya sendiri. Tetapi, dengan pembudidayaan sistem kandang maka peternak perlu menyediakan kebutuhan hijauan pakan secara berkesinambungan.
Pemenuhan hijauan pakan ternak para peternak bisa membudidayakan sendiri. Terdapat banyak sekali hijauan ternak yang bisa dibudidayakan dari jenis rerumputan serta legume. Kebutuhan per ekornya 10 s.d. 20% dari bobot tubuh ternak.
Untuk kebutuhan nutrisinya akan mengikuti usia domba. Ternak pada masa pertumbuhan awal membutuhkan asupan nutrisi yang lebih tinggi. Demikian pula pada periode bunting dan menyusui karena selain butuh mencukupi asupan nutrisi, domba betina juga perlu mencukupi kebutuhan bakal anaknya. Di masa menyusui domba betina juga memerlukan asupan nutrisi untuk memproduksi susu yang menjadi pasokan nutrisi bagi cempe-cempenya.
Pada masa pertumbuhan cempe, bila cempe mengalami sakit atau pertumbuhannya terganggu yang perlu diperiksa adalah kesehatan induk atau nutrisi yang diterima induk sudah mencukupi atau belum.
Penanaman hijauan ini dilakukan agar ketersediaan pakan ternak bisa dipenuhi secara berkesinambungan. Dari segi keekonomisan juga, dengan memanam hijauan pula memungkinan berternak menjadi lebih terjangkau.
- Hijauan dari limbah pertanian
Hijauan dari limbah pertanian merupakan hasil sampingan dari pengusahaan pertanian. Keberadaan limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Namun, karena hasil sampingan maka yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan secara berkelanjutan, cara pengawetan, dan tempat penyimpanan.
- Bahan Pakan dari Limbah Industri
Hasil sampingan dari industri atau pengolahan bahan pangan bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Biasanya jenis biji-bijian yang mengandung karbohidrat dan protein tinggi yang dicari oleh para peternak. Jenis pakan ini biasanya digunakan sebagai pakan penunjang agar nutrisi ternak bisa tercukupi.
- Konsentrat atau Pakan Pabrikan
Keberadaan pakan pabrikan memang lebih praktis karena mudah digunakan. Kandungan nutrisinya pun lengkap untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak. Hanya saja yang perlu dipertimbangkan oleh peternak ialah pertimbangan ekonomi. Meskipun domba menjadi lebih sehat tetapi apakah biaya perawatan ternak akan masuk dalam hitung-hitungan ekonomis berdasarkan harga pasar?
c. Air
Air merupakan penopang penting makhluk hidup. Tak terkecuali ternak domba. Selain asupan air diberikan oleh hijauan segar melalui konsumsi makanan. Ketersediaan air juga dibutuhkan untuk diakses domba sewaktu-waktu bila membutuhkan. Apalagi pemberian pakan kering membuat kebutuhan air menjadi wajib untuk selalu tersedia.
Sebelum dikonsumsi ternak air harus dipastikan bebas limbah, zat berbahaya, maupun mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur. Air sehat yang dibutuhkan oleh domba memiliki pH 6,5 – 7,5.
Metode pemberian air bisa diberikan melalui dua cara yaitu:
- Wadah air otomatis
Pembuatan sistem otomatis memungkinkan air selalu tersedia bagi ternak. Jadi sewaktu-waktu domba membutuhkan maka akan mudah untuk mengaksesnya.
- Penggunaan timba atau bak atau paralon
Pemberian air dengan wadah berupa timba, bak, atau paralon memang relatif murah. Namun, peternak juga perlu rajin untuk mengganti dan membersihkan wadah air.
d. Mineral
Mineral merupakan asupan penting untuk menunjang hidup domba. Di alam liar mineral akan diperoleh domba melalui hijauan, namun bila kurang maka domba biasa juga mendapatkannya dari air tanah atau menjilati bebatuan.
Fungsi mineral ini menjadi sangat penting di periode-periode genting dalam proses tumbuh kembang ternak. Terutama di fase kebuntingan akhir dan masa laktasi asupan mineral yang cukup membuat bakal cempe dan cempe bisa mendapatkan perkembangan tubuh yang baik.
Namun, bila kekurangan mineral bisa jadi bakal cempe akan mengambil jatah kalsium dari induk sehingga menyebabkan ternak lumpuh.
Pemberian mineral biasanya diberikan dengan cara dicampur dalam pakan atau bila perlu ditambah dengan mineral block atau ditaruh dalam bambu berisi garam yang digantung di dekat kepala domba. Kebutuhan mineral sebanyak 1% dari berat pakan yang diberikan. Ketika masa kritis di jelang kelahiran dan menyusui kebutuhan meningkat 2% dari pakan yang diberikan.
e. Multivitamin
Pemenuhan multivitamin ini biasanya dipenuhi oleh domba dari beragam pakan. Oleh karena itu bila dilepasliarkan seekor domba akan memakan sedikit di sini dan memakan sedikit di situ, dan terus berpindah, sehingga asupan pakannya menjadi beragam dan kebutuhan multivitamin bisa terpenuhi. Namun, di sistem pengandangan keragaman jenis pakan menjadi terbatas. Sebagai gantinya, kebutuhan multivitamin menjadi asupan yang perlu diperhatikan oleh peternak.
Pemberian multivitamin bermanfaat untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin, meningkatkan nafsu makan, memperbaiki metabolisme sehingga mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas.
Tata Kelola Limbah Ternak
Kotoran dan urine ternak memerlukan pengelolaan khusus. Apabila kandang berada dekat dengan pemukiman maka tata kelola limbah perlu menjadi perhatian serius agar tidak mencemari udara melalui aroma yang tidak sedap, mencemari air tanah sehingga mengganggu persediaan air bersih di lingkungan sekitarnya.
Bila tidak diperhatikan keberadaan limbah ternak bisa jadi menimbulkan masalah dengan warga di lingkungan sekitar. Juga akan berdampak pada kesehatan ternak karena urine yang membawa amoniak memberi pengaruh terhadap fungsi pernapasan domba.
Proyeksi pengelolaan limbah perlu dipersiapkan dari awal sehingga bisa diakomodir dalam pembuatan kandang. Sebaiknya, keberadaan kotoran ternak senantiasa dalam keadaan kering meskipun di musim penghujan. Alas berupa tanah membantu proses penyerapan urine dan mengurangi aroma tidak sedap dibanding alas semen.
Bila orientasinya keseluruhan limbah ternak akan dimanfaatkan, maka penting untuk membuat struktur kandang yang mampu memisah urine dan kotoran ternak. Untuk memenuhi kebutuhan Anda ini maka diperlukan sistem kandang terkoleksi yang memisahkan urine dan kotoran ke dalam wadah khusus masing-masing.
Namun, bila yang akan dimanfaatkan hanya kotoran ternak saja, maka lantai tanah pun cukup. Urine akan terserap tanah sehingga tidak menimbulkan aroma tidak sedap.
Sistem Kandang
- Kandang Panggung
Model kandang ini dengan menyediakan kandang khusus yang berada di atas tanah. Keberadaan kandang panggung membuat ternak senantiasa bersih karena kotoran dan urine senantiasa jatuh ke bawah kolong kandang.
Aneka bahan baku dari kayu dan bambu bisa Anda gunakan sebagai bahan baku kandang. Penggunaan bambu secara keseluruhan tidak disarankan karena domba yang selalu bergerak akan mudah terjepit. Di lantai bawah sebagai penguat sebaiknya tetap membuat bahan baku kayu. Demikian juga bahan galvalum atau yang berbahan baku besi sebagai lantai tidak disarankan karena urine domba akan membuat bahan tersebut mudah berkarat.
- Kandang Lemprak
Model kandang yang berada di atas lantai tanah ini memang jadi lebih murah daripada kandang model panggung. Biasanya di bagian dasar akan diberi lapisan khusus berupa serbuk gergaji, pasir, atau sekam yang berfungsi untuk menyerap urine.
Kelebihan sistem lemprak ialah peternak sudah mendapatkan pupuk organik yang lebih komplit dari bahan baku dasar dan kotoran hewan. Namun, kelemahannya peternak harus secara periodik membersihkan dan mengganti alas kandang supaya tidak mengganggu kesehatan ternak. Apalagi di iklim tropis yang lembab seperti Indonesia membuat pengolahan kandang lemprak sedikit lebih rumit.
Bila tidak rajin dibersihkan kondisi kandang yang basah membuat tidak hanya sistem pernapasan ternak yang terganggu. Di samping itu kondisi alas yang basah atau lembab justru menjadi habitat yang bagus bagi aneka bakteri dan patogen negatif lain berkembang biak.
- Kandang Terkoleksi
Sistem kandang ini menggunakan model kandang panggung tetapi di bagian kolong bawahnya telah didesain agar urine dan kotoran dapat terpisah ke dalam wadah tampungannya masing-masing.
Penggunaan kandang terkoleksi memungkinkan peternak memanfaatkan kotoran hewan dan urine sebagai pupuk. Proses pembersihan kandang lebih menghemat waktu dengan kandang model ini.
Pengawetan Pakan
- Hay
Metode pengawetan ini dilakukan dengan segera mengeringkan hijauan pakan ternak yang dipanen dalam kondisi nutrisi maksimum, biasanya awal berbunga. Pengeringan bisa dilakukan di hamparan atau membuat rak pengeringan khusus. Biasanya pengeringan dilakukan sampai kadar air tinggal 10 s.d. 20% atau makin kering akan lebih baik.
Dengan kondisi kering maka tidak terjadi lagi respirasi, fermentasi, dan tumbuhnya jamur sehingga pakan bisa dimanfaatkan dalam waktu relatif panjang. Pemberian garam sebanyak 1 s.d. 2% mampu mencegah timbulnya jamur. Ternak pun akan lahap memakan jerami.
- Silase
Metode pengawetan pakan ternak ini bertujuan untuk menjaga nutrisi hijauan agar tidak berkurang dan atau mengalami pembusukan. Proses pembuatan silase dilakukan ketika sedang terjadi surplus pakan hijauan di musim penghujan. Dengan adanya ketersediaan pakan membuat peternak tidak perlu membeli pakan apabila terjadi paceklik hijauan.
Pembuatan silase dilakukan secara hampa udara di drum, wadah plastik, silo, dan lain sebagainya, sehingga hanya memungkinkan bakteri asam laktat berkembang biak dan memfermentasi gula rumput atau hijauan lain. Keberadaan bakteri asam laktat mampu menekan bakteri pembusuk dan membuat nutrisi hijauan bisa bertahan lebih lama.
Bila akan membuat silase yang perlu diperhatikan ialah kadar air bahan baku. Sebaiknya hijauan terlebih dahulu diangin-anginkan agar kadar air berkurang. Untuk mempercepat proses fermentasi Anda bisa menambahkan molase atau gula ke dalam bahan baku.
- Wafer atau pellet
Teknik ini adalah metode modifikasi penyimpanan pakan ternak menggunakan perekat dan penekanan sehingga pakan ternak tersedia dalam bentuk bongkahan-bongkahan kecil yang siap diberikan kepada ternak.
Selain sumber serat, pembuatan wafer biasanya telah ditambah dengan pakan penguat serta molase yang membantu proses perekatan. Setelah diberikan tekanan dan pakan menjadi padat, kemudian pengeringan dilakukan agar bisa awet disimpan. Daya tahan pakan wafer bisa bertahan hingga 3 tahun.
Pembuatan wafer pakan ternak memberikan kelebihan daya tahan serta tidak membutuhkan penyimpanan yang relatif besar. Tetapi, proses pembuatannya membutuhkan lebih banyak tenaga.