Pestisida tidak bisa dipisahkan dari pertanian di Indonesia. Sekarang ini penggunaan pestisida di Indonesia diperkirakan mencapai 100 ribu ton per tahun. Itu menempatkan Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara dengan pemakaian pestisida terbesar di dunia setelah Brazil dan Amerika Serikat.
Sejak diperkenalkan pemerintah di era Revolusi Hijau bersama pupuk kimia, keberadaan pestisida membawa perubahan besar dalam sistem pertanian lokal di Indonesia.
Setelah bertahun-tahun berjalan ingatan bersama tentang cara pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh alami dan pestisida nabati dari lingkungan sekitar menjadi hilang. Digantikan dengan pestisida buatan dengan bahan baku kimia yang sebenarnya porsinya selalu minta ditingkatkan seiring resistensi dari hama.
Hal ini menimbulkan dampak jangka panjang dimana ekosistem alam menjadi rusak, serta dalam jangka panjang menimbulkan kerusakan sel otak yang mengakibatkan penyakit seperti parkinson, tumor otak, alzhemeir, epilepsi, dimentia hingga penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis atau ALS.
Peringatan ini kembali disampaikan oleh pakar bedah syaraf Indonesia, Prof. Dr. Satyanegara, Sp.BS., saat memberikan kuliah tamu di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Jember pada 17 Oktober 2024.
Prof. Satyanegara dalam kuliah umum berjudul “Neurotoksisitas Pestisida” menjelaskan neurotoksisitas adalah gangguan pada syaraf pusat otak yang kemudian berdampak pada kesehatan manusia. Hal ini karena otak memiliki fungsi penting sebagai pusat kendali tubuh.
“Paparan berlebihan pestisida dalam jangka panjang akan merusak mitokondria di sel otak sehingga menimbulkan beragam penyakit semisal alzhemeir, epilepsi, dimentia hingga penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis atau ALS,” kata Prof. Satyanegara seperti dikutip dalam rilis humas Univesrsitas Jember.
Bapak bedah syaraf Indonesia ini menambahkan, khusus ALS tidak hanya menyerang sel saraf motorik otak, namun juga sumsum tulang belakang dan hingga kini belum ditemukan obatnya. Maka bijaksanalah memakai pestisida.”
Mantan dokter kepresidenan di era Soeharto ini mendorong Fakultas Kedokteran Universitas Jember untuk ambil bagian dengan terus melakukan penelitian terkait beragam pemasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat agraris.
Dengan demikian dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kesehatan petani, pelaku usaha pertanian hingga konsumen.